Kemasan kertas sekali pakai adalah pilihan yang lebih berkelanjutan

Dalam skenario pengiriman makan, peralatan makan yang dapat digunakan kembali jauh lebih tidak berkelanjutan daripada peralatan makan kertas sekali pakai karena beban ekstra dan spesifik. Hal ini disebabkan oleh jumlah energi dan air bersih yang digunakan untuk pembersihan, serta tingkat kerusakan yang terkait dengan proses pengangkutan dan pengangkutan daur ulang.
Studi Life Cycle Assessment (LCA) sebelumnya oleh Ramboll, yang ditugaskan oleh European Paper Packaging Alliance (EPPA), juga menunjukkan bahwa dalam skenario makan restoran cepat saji, sistem peralatan makan yang dapat digunakan kembali menghasilkan emisi CO2 2,8 kali lebih banyak dan mengonsumsi air tawar 3,4 kali lebih banyak daripada kemasan kertas sekali pakai.
Semua laporan ini menunjukkan kesimpulan yang sama: kemasan kertas sekali pakai adalah pilihan yang lebih berkelanjutan.
Kemasan kertas sekali pakai lebih berkelanjutan daripada peralatan makan yang dapat digunakan kembali
Kesimpulan ini tampaknya bertentangan dengan kepercayaan populer.
Untuk memahami kesimpulan ini, kita harus menyebutkan Life cycle assessment (LCA).
Secara sederhana, penilaian siklus hidup mempertimbangkan dampak lingkungan dari suatu produk "dari buaian sampai liang lahat" (yaitu dari perolehan bahan baku, produksi, konsumsi, penggunaan, dan pembuangan akhir) pada tingkat makro.
Meskipun dari sudut pandang konsumen, peralatan makan yang dapat digunakan kembali secara intuitif tampaknya memiliki dampak yang lebih kecil terhadap lingkungan karena dapat digunakan berkali-kali. Namun, ketika menilai dampak lingkungan dari suatu produk selama siklus hidupnya, laporan Ramboll menunjukkan bahwa kemasan kertas sekali pakai memiliki dampak lingkungan yang lebih kecil -- karena membersihkan dan mengeringkan peralatan makan yang digunakan kembali (untuk memenuhi standar yang diperlukan untuk mencegah kontaminasi silang) membutuhkan lebih banyak energi dan air bersih.